Daerah
Dedi Mulyadi Pimpin Langsung Penertiban Bangunan Liar di Jalancagak
TODAY.ID, Bandung – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat (Jabar) kembali menggelar aksi penertiban bangunan liar. Penertiban kali ini menyasar ruas jalan wisata Jalancagak–Ciater, Kabupaten Subang.
Kawasan ini dikenal sebagai jalur strategis menuju destinasi wisata unggulan di Subang Selatan.
Aksi ini menyusul langkah serupa yang sebelumnya dilakukan di Jalan Penghubung Subang–Sadang, Kecamatan Dawuan, kawasan yang juga menjadi domisili Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi.
Penataan ini digagas sebagai bagian dari upaya mempercantik wajah jalan provinsi serta menata ulang ruang publik yang selama ini dinilai semrawut.
Penertiban yang dimulai sejak Senin pagi, 26 Mei 2025, langsung dipimpin oleh Gubernur Dedi Mulyadi bersama Bupati Subang Reynaldy.
Sejumlah bangunan liar dibongkar, bahkan sebagian besar pemilik secara sukarela membongkar bangunan mereka sendiri.
“Jalur ini adalah gerbang wisata Subang. Kalau banyak bangunan liar, jadi terlihat kumuh dan mengganggu estetika,” kata Dedi Mulyadi saat meninjau lokasi.
Rencananya, jalur tersebut akan dipercantik dengan taman dan bangunan bernuansa estetis yang menyatu dengan lanskap sekitar.
Penataan ini merupakan hasil kolaborasi antara Pemprov Jawa Barat dan Pemkab Subang.
Tak hanya melakukan pembongkaran, pemerintah juga memastikan pemberian kompensasi bagi pemilik bangunan terdampak. Besaran kompensasi akan dibahas lebih lanjut bersama pemerintah daerah.
“Tidak usah cemas, semua yang terdampak akan diberikan ganti rugi yang layak. Kami pastikan tidak ada yang dirugikan,” ujar Dedi.
Dukungan terhadap penataan ini datang dari sejumlah warga, termasuk Ratna, seorang pedagang nanas yang sudah berjualan lebih dari lima tahun di kawasan tersebut.
Ia mengaku memahami tujuan penertiban, namun berharap ada kejelasan mengenai hak para pedagang kecil.
“Kalau memang untuk kebaikan bersama, saya mendukung. Tapi kami butuh kepastian. Katanya akan dikasih kompensasi dua bulan, semoga benar-benar direalisasikan,” kata Ratna saat ditemui Tempo, Selasa, 27 Mei 2025.
Menurut Ratna, para pedagang diinformasikan akan bisa kembali berjualan dalam waktu sekitar tiga bulan setelah tempat baru selesai dibangun.
Ia juga berharap pemerintah menyediakan lokasi khusus untuk penjual nanas, mengingat buah tersebut merupakan ikon khas Subang.
“Nanas itu kebanggaan kami. Banyak wisatawan datang khusus cari nanas Subang. Jangan sampai kami kehilangan tempat,” ujarnya.
Sejumlah warga lainnya juga meminta agar proses pendataan dan distribusi kompensasi dilakukan secara terbuka dan adil, agar seluruh pedagang mendapat perlakuan yang setara dan tidak ada yang tertinggal.(*)